Thursday, October 25, 2012

Manusia dan Keindahan

▲Keindahan
1. Pengertian Keindahan
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” dalam bahasa Inggris keindahan diterjemahkan dengan kata “beautiful”, bahasa Perancis “beau”, dan dalam bahasa Italia dan Spanyol “bello”.  Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan, kemudian menjadi ”bonellum” dan terakhir ditulis “bellum”.

Jadi, keindahan adalah sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Namun, keindahan juga dapat diartikan secara luas (pengertian dari para filsuf Yunani dan mengandung kebaikan), diartikan dalam arti terbatas atau sempit (keindahan yang hanya dapat dilihat bentuk dan warnanya) serta diartikan dalam arti estetis murni (hubungan pengalaman estetis seseorang dengan sesuatu yang dicerapnya).

2. Perbedaan Keindahan Sebagai Kualitas Abstrak dan Benda Indah
Keindahan dapat dikatakan sebagai suatu kualitas yang abstrak dikarenakan keindahan itu hanyalah sebuah konsep. Tidak dapat dinikmati atau pun dinilai karena tidak terlihat dan tidak jelas bentuknya. Sementara keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah, dapat dinikmati dan dilihat oleh manusia. Kenapa? Karena keindahan disini tidak hanya sebuah konsep, melainkan memiliki bentuk dan bahkan memiliki warna.

3. Keindahan Yang Seluas-Luasnya
Keindahan yang seluas-Iuasnya ada 4, antara lain meliputi :
►Keindahan Seni
Keindahan yang tercipta dari hasil karya seseorang tehadap seni. Misalkan seperti hasil karya manusia yang indah (lukisan, film, musik dan lain-lain).

Keindahan Alam
Keindahan yang ada bisa dinikmati oleh penglihatan kita, yaitu pemandangan dan bentang alam ciptaan Tuhan yang luar biasa.

Keindahan Moral
Keindahan dalam berperilaku, sopan dan halus dalam bertutur kata dalam kehidupan sehari -hari.

Keindahan Intelektual
Keindahan dalam berpikir, yang berdasarkan ilmu pengetahuan.

4. Nilai Estetik
Nilai estetik adalah nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam dalam rangka pengertian keindahan. Dalam rangka teori umum tentang nilai, The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya.

5. Perbedaan Nilai Ekstrinsik dan Nilai Instrinsik
Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Sifatnya tersurat dan dapat dilihat, seperti puisi, tarian, film dan sebagainya.

Nilai Instrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Bersifat tersirat, biasanya berupa nilai moral dalam cerita, atau pesan pada puisi yang akan disampaikan pada pembaca dan lain-lain.

6. Kontemplasi dan Ekstansi
Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi.

Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.


Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.

 
▲Renungan
1. Teori - Teori dalam Renungan
Renungan berasal dari kata renungan, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Ada 3 teori dalam renungan, yaitu:

►Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini berkaitan dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”.

Beliau menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images warna, garis dan kata. Tokoh lainnya yaitu Leo Tolstoy turut menegaskan mengenai kegiatan seni.

►Teori Metafisik
Merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi, yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita duniawi. 

Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara republik yang ideal menurut Plato. Dalam zaman modern suatu teori seni lainnya yang bercorak metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu keinginan yang sementara.

►Teori Psikologis
Sebagian ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang. Sedang karya seninya merupakan bentuk terselubung yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.

Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Sementara menurut Spencer, permainan itu berperan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena disia-siakan.

▲Keserasian
1. Teori – Teori Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan kata dasar rasi yang artinya cocok , sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai atau kena benar, mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Keserasian juga memiliki teori-teori, diantaranya:

►Teori Obyektif dan Teori Subyektif
The Liang Gie dalam bukunya, Garis Besar Estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.

Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.

Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.

►Teori Perimbangan
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas yang menyebabkan suatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad. Teori perimbangan runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.

SUMBER
•Nugroho, Widyo dan Muchji, Achmad. (1996). MKDU: Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma.

No comments:

Post a Comment