Pendahuluan
Seperti
yang kita ketahui, pada dasarnya tiap-tiap individu adalah unik. Setiap
individu itu memiliki keunikan tersendiri, sehingga terciptalah
keberagaman antara satu dengan yang lainnya. Keberagaman ini dapat
dilihat baik dari minat dan bakat seorang individu, kepribadiannya, atau
pun dari tingkat intelegensinya. Dalam psikologi sendiri, terdapat
sebuah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui serta mengukur minat
& bakat, kepribadian dan juga seberapa besar IQ seorang individu
yang biasa dikenal oleh masyarakat luas dengan istilah psikotes.
Sebenarnya, psikotes juga sering dipakai untuk seleksi masuk ke
perguruan tinggi, perusahaan, instansi pemerintah dan sebagainya.
Biasanya, psikotes diadakan dengan adanya kerja sama terhadap suatu
lembaga yang menyediakan jasa psikotes, seperti LPTUI atau LPTCINDO
misalnya. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, dengan bantuan
teknologi dan fasilitas internet, masyarakat dapat dengan mudah
menjangkau psikotes bukan lagi melalui lembaga psikologi terkait,
melainkan melalui media online. Seperti halnya dampak dari globalisasi
di era ini, segala sesuatunya sangatlah mudah dan praktis. Begitu pula
dengan keberadaan psikotes online yang tersebar di internet, terlihat
lebih mudah dalam pengerjaannya dibandingkan dengan mengikuti psikotes
yang disediakan oleh lembaga yang bersangkutan. Oleh karena itu, apakah
dengan adanya psikotes online, masyarakat akan mendapat keuntungan
tersendiri dibandingkan mengikuti psikotes non-online? Apakah psikotes
non-online itu sendiri akan tersaingi dengan adanya psikotes online? Dan
mungkinkah ada kelemahan dari masing-masing psikotes online maupun
non-online? Karenanya, kali ini saya akan memberikan pendapat mengenai
psikotes online yang ada di internet.
Teori
Teori
Psikotes memiliki definisi sebagai suatu tes untuk mengukur aspek psikis seorang individu, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Tujuan psikotes itu sendiri adalah untuk mengukur berbagai macam kemampuan yang berkemungkinan ada pada dalam diri seorang individu namun masih bersifat laten (tersembunyi, tidak terlihat). Kebanyakan masyarakat pada umumnya mengikuti psikotes yang bersifat tertulis, dan biasanya psikotes digunakan untuk mengetahui minat dan bakat, perekrutan tenaga kerja, tujuan klinis ataupun untuk melihat perkembangan anak dan sebagainya. Dalam psikotes sendiri pun terdapat beragam jenis-jenis tes yang pada umumnya sering digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan hasil pengukuran. Seperti halnya salah seorang tokoh psikologi bernama Morgan, ia mengklasifikasikan tes psikologi menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Tes prestasi, (2) Tes kemampuan dan (3) Tes kepribadian. Sementara Saifudin Azwar, mengklasifikasikannya menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Tes pengukuran intelegensi umum (tes IQ), (2) Tes pengukuran kemampuan khusus, (3) Tes pengukuran prestasi dan (4) Tes pengukuran aspek kepribadian.
Berikut ini adalah jenis-jenis tes yang lebih spesifik dalam psikotes yang sering dijumpai oleh masyarakat, diantaranya:
1.Tes Kepribadian
Dibedakan lagi menjadi dua jenis tes, yaitu:
a. Tes Kepribadian Grafis
-Tes DAP (Draw a Person), merupakan tes untuk mengatahui karakter & kepribadian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta kestabilan dan ketahanan kerja. Dilakukan dengan cara: individu menggambar seorang manusia, lalu kemudian diminta untuk mendeskripsikan berapakah usia orang tersebut, apa pekerjaan atau aktifitasnya dan lain-lain. (lihat gambar A)
-Tes BAUM, merupakan tes yang serupa dengan tes DAP, hanya saja pada tes ini individu diminta untuk menggambarkan sebuah pohon. Nantinya, hasil akan terlihat dari cara individu menggambar pohon tersebut. (lihat gambar B)
-Tes HTP (House Tree Person), merupakan tes yang dapat dikatakan sebagai gabungan tes DAP & BAUM. Individu akan diminta untuk menggambar beberapa objek (rumah, orang dan pohon) agar dapat mengetahui bagaimana daya imajinasinya serta mengetahui kepribadian individu tersebut yang berhubungan dengan fotografi. (lihat gambar C)
-Tes Wartegg, merupakan tes yang mengharuskan individu untuk melengkapi kotak-kotak berisi gambar yang terdiri dari 8 gambar, 4 diantaranya berupa garis lurus dan empat lainnya berupa garis lengkung. Bertujuan untuk mengetahui seperti apa kepribadian seseorang, terutama dalam hal emosi, imajinasi, kontrol dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh dari tes Wartegg.
b. Tes Kepribadian Kuesioner
-Tes EPPS (Edwards Personal Preference Schedule), merupakan tes yang meminta individu untuk memilih jawaban yang sangat sesuai dengan dirinya. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur serta menggambarkan kepribadian seorang individu yang nantinya akan berkaitan dengan pekerjaan yang dipilihnya.
-Tes Enneagram, tes dilakukan serupa seperti tes EPPS, hanya saja hasil pengukuran tes ini akan menggambarkan bagaimana kepribadian seorang individu, apakah kepribadiannya tersebut dapat sesuai dengan jabatan yang diinginkan/dimiliki.
-Tes MAPP (Motivational Appraisal Personal Potential), merupakan tes untuk mengetahui minat dan bakat seseorang yang sesuai dengan kepribadiannya. Tes ini dapat menentukan pada dibidang apakah individu akan ditempatkan di suatu perusahaan yang sesuai dengan minat dan kepribadiannya sehingga individu dapat optimal dalam melakukan pekerjaan.
-Tes Pauli Kraepelin, tes untuk mengukur apakah individu konsisten, memiliki ketelitian, kontrol diri, daya penyesuaian diri dan lain-lain. Tes ini dilakukan dengan cara melakukan penghitungan angka dalam deret yang panjang.
2. Tes Intelektual
2. Tes Intelektual
-Tes Army Alpha, tes untuk melihat apakah seorang individu dapat melaksanakan instruksi dengan tepat serta seperti apa daya konsentrasi dan ketelitian individu dalam memahami deretan angka yang dikombinasikan dengan gambar. (lihat gambar A)
-Tes Logika Aritmatika, tes yang menyajikan deretan angka, tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan seorang individu dalam memahami pola dan bentuk penyelesaian deret angka tersebut. (lihat gambar B)
-Tes Logika Penalaran, merupakan tes yang serupa dengan tes logika aritmatika, hanya saja tes logika penalaran menyajikan deretan gambar 2D atau 3D. (lihat gambar C)
-Tes Analog Verbal, merupakan tes yang biasanya terdiri dari sinonim, antonim ataupun analog suatu kata. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana individu dapat memahami sebab - akibat dalam suatu permasalahan. (lihat gambar D)
Analisis
Jika membandingkan psikotes online yang beredar di internet dengan psikotes non-online yang pernah saya ikuti, saya berpendapat bahwa keduanya sama saja namun memang psikotes non-online yang kerap kali disediakan oleh lembaga psikologi terkait jauh lebih efektif. Keduanya memang memiliki sisi positif dan negatif, namun tujuan keduanya adalah sama, yaitu untuk mengukur kemampuan seorang individu yang tersembunyi (laten). Banyak yang mengatakan bahwa psikotes online tidaklah efektif dan berkemungkinan memberikan dampak negatif pada pihak-pihak tertentu. Memang benar adanya bahwa psikotes online terlihat tidak efektif, namun itu juga dikarenakan psikotes online yang beredar di internet dilakukan secara instan. Soal-soal yang diberikan tidak sebanyak seperti pada psikotes non-online yang dapat mencapai puluhan soal. Waktu untuk pengerjaannya pun relatif singkat, bahkan untuk masalah biaya, masyarakat dapat mengikutinya dengan gratis. Jelas hasil yang diberikan pada individu yang mengikuti psikotes online ini tidaklah dapat dengan mudah dipercaya jika melihat prosesnya yang terbilang seadanya. Beberapa website yang menawarkan psikotes online, menurut saya, yang menyediakannya itu adalah orang yang mungkin mengerti mengenai psikologi atau psikotes itu sendiri. Sebab mereka tidak dapat asal memberikan klasifikasi IQ dan sebagainya apabila tidak mengerti hal tersebut. Sangat disayangkan, hal seperti ini dapat dikatakan kurang bertanggung jawab karena tidak ada penjelasan lebih lanjut yang dapat diberikan. Namun kembali lagi selayaknya slogan di era globalisasi ini, segala sesuatu yang dilakukan secara instan, belum tentu baik.
Perihal mengenai adanya dampak negatif terhadap pihak-pihak tertentu, dirugikan misalnya, saya rasa masyarakat zaman sekarang pasti sudah dapat membedakan mana psikotes yang hanya untuk iseng dan mana psikotes yang benar-benar dapat memberikan hasil mengenai kemampuan dirinya. Masyarakat pasti akan tetap pergi mendatangi lembaga psikologi terkait untuk benar-benar mengukur kemampuannya dibandingkan dengan percaya pada hasil dari psikotes online. Hasil pada psikotes online hanyalah angka, bukan penjelasan, sehingga masyarakat pasti akan memastikannya dengan cara mendatangi sebuah lembaga. Segala hal mengenai rahasia yang hanya diketahui psikolog mengenai psikotes, saat ini, hal tersebut sudah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh banyak orang. Munculnya banyak buku yang diterbitkan mengenai rahasia dan tips psikotes, sangatlah memudahkan individu yang ingin mengikuti psikotes. Saya rasa lembaga terkait mungkin tidak terlalu dirugikan, karena biasanya seperti yang saya temukan, orang-orang psikologi sendiri lah yang membuat buku-buku tersebut, meski tidak semua orang psikologi menulisnya.
Segala hasil yang diberikan baik dari psikotes online maupun psikotes non-online, di era ini, menurut saya hasil-hasil tersebut bukanlah patokan untuk benar-benar mengukur kemampuan diri seseorang. Hasil yang ada terkadang bukanlah hasil yang pasti. Kenapa tidak pasti? Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, masyarakat dapat membeli buku mengenai rahasia dan tips psikotes agar hasilnya bagus sesuai yang diinginkan. Ketidakpastian hasil ini dapat saya katakan juga karena apabila ada seorang individu yang mengikuti psikotes dalam kondisi yang kurang baik, sakit atau ada masalah misalnya, ia pasti menjadi tidak konsen dalam mengerjakan psikotes tersebut. Kondisi seperti itu dapat membuat hasil psikotes individu tidak sesuai dengan kemampuan dirinya. Akan sangat disayangkan apabila ada seorang individu yang memiliki banyak kemampuan, namun saat mengikuti psikotes kondisinya kurang baik.
Sehingga kesimpulan saya adalah dengan adanya psikotes online yang beredar diinternet, masyarakat akan sangat terbantu apabila sering mengikutinya (terutama seperti tes deret angka dan penalaran) sebelum mengikuti psikotes pada lembaga terkait, atau pun ketika akan menghadapi seleksi yang mengujikan soal-soal psikotes. Namun tetap, psikotes online bukanlah cara untuk mengukur kemampuan diri individu. Lembaga psikologi terkait pun akan tetap bertahan dengan adanya konsumen yang membutuhkan jasa psikotes, karena sebagus dan seefektif apapun psikotes online itu, masyarakat tetap membutuhkan sesuatu yang lebih terlihat resmi dan meyakinkan, yang dapat dipertanggungjawabkan. Mereka menginginkan kepastian dan penjelasan mengenai kemampuan yang ada pada dirinya. Untuk psikotes non-online sendiri, ada baiknya apabila tes yang diberikan kepada masyarakat adalah tes yang memenuhi karakteristik yang baik, yaitu: reliabilitas (dapat memberikan hasil yang sama meski diberikan oleh tester yang berbeda), validitas (mengukur apa yang seharusnya diukur), dan norma (skor suatu kelompok representatif yang dijadikan sebagai dasar untuk menginterpretasi skor individu lain). Apabila setiap lembaga psikologi memiliki ketiga karakteristik tersebut pada tes psikotesnya, maka masyarakat pun tidak akan meragukan lagi hasilnya.
5. Mcscv. Macam-Macam Bentuk Soal Tes Psikotes.
http://www.mcscv.com/produk_detail.php?page-id=Macam-macam-bentuk-soal-tes-psikotes&rdmt=79711&id=defadm&pid=jenis-tujuan-tes-psikotes.
Diakses
pada tanggal 11 Oktober 2013.
Referensi
1. Dwi, Riyanti. & Prabowo, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
2. Ssant & Sons. Psikotes. http://www.ssantsons.com/psikotes.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.
3. InfoNews. Contoh Soal Psikotes dan Cara Menjawab. http://www.infonews.web.id/2012/11/contoh-soal-psikotest-dan-cara-menjawab.html. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013.
4. Gerger. (2010). 9 Bentuk Tes Psikologi Berserta Tips Menyelesaikannya. http://malemminggu.wordpress.com/2010/08/25/9-bentuk-tes-psikologi-beserta-tips-menyelesaikannya/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.
1. Dwi, Riyanti. & Prabowo, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
2. Ssant & Sons. Psikotes. http://www.ssantsons.com/psikotes.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.
3. InfoNews. Contoh Soal Psikotes dan Cara Menjawab. http://www.infonews.web.id/2012/11/contoh-soal-psikotest-dan-cara-menjawab.html. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013.
4. Gerger. (2010). 9 Bentuk Tes Psikologi Berserta Tips Menyelesaikannya. http://malemminggu.wordpress.com/2010/08/25/9-bentuk-tes-psikologi-beserta-tips-menyelesaikannya/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.